Cuek



Ani seorang mahasiswa baru jurusan kedokter disebuah perguruan tinggi negeri ternama di solo. Ani anak pertama dikeluarga bahagia yang tidak kekurangan uang. Seorang mahasiswa cerdas ini dulu pernah membawa piala juara ke-satu dalam ajang cerdas cermat tingkat nasional untuk SMA tercinta. Perjalanan yang ia lalaui tidak semudah yang di bayangkan, waktu di SMA dulu ia belajar dengan sangat keras yang sampai sekarang bisa membawanya masuk ke perguruan tinggi ini. Ini adalah jalan yang dia inginkan. Menjadi seorang dokter adalah cita-citanya sejak kecil. Terinspirasi oleh seorang dokter yang menyelamatkan ayahnya dulu waktu kecil. Waktu itu ayahnya terkena penyakit lemah jantung yang mengharuskannya untuk dioperasi. Semua orang dikeluarganya sudah putus asa hanya bisa berharap dokter bisa menanganinya. Nasib baik datang menyertai keluarga mereka, ayahnya sembuh total dan bersamanya sampai sekarang ini. Sejak itulah dia begitu ingin menjadi seorang dokter. Seseorang yang bisa membantu orang lain dengan keahlian yang dia miliki. Kebahagiaan Ani tidak cukup sampai disini, dia mempunyai teman-teman baru yang begitu baik padanya. Hidupnya hampir sempurna jika tak ada tugas dan lelaki menyebalkan itu.
Dani adalah cowok sekelas Ani. Dia mendapatkan beasiswa untuk sekolah disini, dia begitu pintar, dia juga pandai bergaul. Sifatnya yang baik dan orangnya yang asik saat diajak bicara membuat semua anak laki-laki menyukainya. Parasnya yang tampan juga tak luput dari pandangan wanita-wanita di kampus itu. Tubuhnya yang atletis seakan menyihir wanita-wanita setiap kali memandangnya. Dia baik kepada semua orang tapi anehnya ia cuek terhadap Ani. Padahal Ani orangnya juga cantik. Bagaimana tak dibilang begitu, semua anak laki-laki suka pada Ani baru satu minggu sekolah disana dia sudah menolak lebih dari lima cowok yang mencoba mendekatinya. Dian anak dari seorang petani desa yang penghasillannya cukup untuk makan sehari-hari saja. Orang tuanya bertani juga bukan disawahnya sendiri, melainkan ia buruh tani di sawah milik tetangganya.
Pagi itu pagi seperti biasanya, Ani berangkat dengan motor kesayangannya. Sesampainya dikampus seseorang mendatanginya, “bagaimana tugas yang kemarin, sudah selesai ?” Tanya sahabat barunya, “sudah sih, hanya saja masih ragu dengan jawabannya” jawab Ani sambil melepaskan helm dari kepalanya, “aku belum selesai tapi sepertinya Dani sudah, kita tanya saja sama dani yuk !?” dengan semangat seseorang dengan nama windi ini mengajak Ani, karena sepertinya dia juga naksir sama Dani. “kamu tidak sadar ya...., kalau dia cuek banget sama aku, gak mau ah” “itu sih karena belum kenal aja” “belum kenal gimana kan sudah satu bulan di kelas yang sama” “udah dicoba aja”. Akhirnya Ani kalah dan menuruti perkataan sahabatnya itu, “Dani ?” Ani memanggil dengan wajahnya yang menawan dan tubuhnya yang begitu anggun, “iya ?” dijawab Dani dengan cuek seperti biasanya “kamu tugas yang kemarin sudah selesai ?” “sudah” dijawabnya singkat “aku sudah,tapi masih agak ragu dengan jawabannya, setelah kuliah selesai aku ajak kamu untuk membahasnya denganku, gimana ?” “sorry aku gak bisa, aku ada urusan lain. Ini kamu lihat aja sendiri” Dani memberikan buku tugasnya kepada Ani “kamu pikir aku ini apa, melihat hasil tugas dari orang lain, hah ?” Ani meledak dan langsung pergi dari hadapan Dani. Ani mendatangi sahabat barunya “tuh kan aku bilang apa, dia tidak akan mau ku ajak diskusi” “sudahlah jangan di ambil hati” sahabatnya coba menenangkannya. Tiba pada suatu hari Ani harus satu kelompok dengan Dani karena kempok itu dibagi oleh dosen makul. Dosen itu memang agak beda dengan yang lain, biasanya mahasiswa di suruh membuat kelompok sendiri dan mencari anggotanya sendiri tapi dosen ini tidak, dia yang menentukan kelompoknya dan anggotanya. Ani sempat protes karena dimasukkan satu kelompok dengan Dani, tapi opininya tidak membuahkan hasil apapun. Keluar dari ruang materi Dani mengumpulkan anggota kelompoknya “apa yang akan kita bahas dalam tugas kita kali ini ?, kira-kira penyakit apa yang bagus untuk kita bahas dalam presentasi kita nanti ?” tanya Dani kepada semua anggota kelompoknya “berhubung yang dibahas di makul ini penyakit menular, bagaimana kalau influenza ?” seseorang menanggapinya “bagaimana kalau TBC ?” orang yang lain menanggapi “bagaimana kalau Cacar air ?” yang lain juga ikut memberikan tanggapan. Sedang serius-seriusnya mereka berdiskusi, tiba-tiba “bagaiman kalau campak ?” seseorang memberi tanggapan dari belakang, suaranya terdengar tidak sedekat yang tadi tapi semuanya langsung setuju tanpa mengetahui siapa yang memberikan tanggapan. Orang bicara tadi langsung masuk kedalam rombongan diskusi dan dengan suara agak lantang bicara pada semuanya “kenapa tak ada yang memberi tahuku kalau setelah selesai materi ada kumpul ?, hah ?, apa disini tak ada yang menganggapku sebagai anggota kelompok ini ?” “aku tak tahu, aku hanya di beritahu Dani untuk kumpul jadi aku kumpul” seseorang dengan PD-nya menanggapi kemarahan Ani. “dasar kamu ini ya” dengan jengkel ani bicara yang ditujukan pada Dani dengan santainya Dani menjawab “maaf saya lupa, toh kamu sekarang sudah disini lebih baik kita lanjutkan saja” mendengar jawaban itu Ani tambah kesal, tapi mau gimana lagi. Akhirnya Ani ikut bergabung dengan kelompok untuk mendiskusikan tugas. Diskusi berlangsung cukup lama, banyak keputusan yang diambil, dan mereka juga memutuskan untuk mengadakan survei ke salah satu rumah sakit. Merasa risih dengan tindakan Dani, yang menurutnya hanya akan mengganggu kuliahnya, Ani mengajak bicara pada Dani. “Dani, jangan pulang dulu aku mau bicara” “ maaf, aku masih ada urusan” sekali lagi Dani mencoba untuk menolak tapi kali ini Ani tidak akan melepaskannya “bisa atau nggak bisa, kamu harus bisa. Hanya sebentar” “baiklah silahkan bicara” “aku tidak suka dengan sikapmu pada ku, bicaralah apa masalahmu ?” Ani langsung to the poin, “aku tidak bisa mengatakannya padamu, itu bukan urusanmu” “bagaimana ini bukan urusanku, kau mengganggu kuliahku” “aku tidak akan mengganggumu lagi” sekali lagi Dani mencoba untuk menghindar, “kau tidak boleh pergi sebelum mengatakannya” “baiklah aku akan mengatakannya” Akhirnya Dani kalah dan Ani kali ini menang “sebenarnya aku menyukaimu” Ani hanya tertawa dan tak percaya dengan apa yang dikatakan Dani “jangan bercanda” “kalau tak percaya ya sudah” “jika memang benar, kenapa kau begitu cuek padaku?” “karena aku takut bila aku terus berhubungan denganmu rasa ini terus membesar dan aku semakin sulit untuk melupakanmu” “lantas apa masalahnya, apa aku tak pantas untukmu ?” “bukan, kamu lebih dari sekedar pantas, kamu istimewa bagiku” mereka berdua terbawa suasana “tapi aku tak bisa terus mencintaimu” Ani hanya terdiam penasaran “karena itu pasti akan mengganggu kuliahku” mereka berdua semakin terbawa suasana “aku tidak bisa menyia-nyiaakan kesempatan ini, aku disini mendapat beasiswa dan harus mempertahankan IPK-ku, aku juga tak boleh menyia-nyiakan kerja keras kedua orang tuaku mencari uang untuk aku berangkat kesini” tanpa sadar mata cantik Ani meneteskan air mata “aku harus lulus dari sini dan merubah nasib keluarga, tiap malam aku bekerja untuk membayar sewa kos, mohon maaf jika aku mengganggumu aku hanya tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan yang sudah di berikan” Dani pergi setelah mengatakan semuanya. Ani hanya terdiam, tanpa sepatah katapun.

Karya : Khabibur Rohman

Komentar

Postingan Populer