Dream Story (Oleh : Khabibur Rohman)

Episode 5 – Harapan Kedua Orang tuaku

  MOS hari terakhir selesai jam 7 malam karena langsung dilanjutkan dengan inagurasi. Setiap kelompok diwajibkan untuk menampilkan sebuah karya seni seperti menyanyi, menari, musikalisasi puisi, dan juga drama musical. Tidak ada bintang tamu istimewa, dalam inagurasi lebih berfokus mengeksplore bakat-bakat siswa baru. Siswa dari ekstrakulikuler musik  juga ikut meramaikan acara. Permainan musik mereka begitu indah ditambah dengan suara penyanyinya yang sangat merdu, terdengar enak ditelinga. Penampilan itu menutup pementasan inagurasi. Perjalanan pulang terasa sulit. Kegelapan malam begitu pekat hanya sinar bulan yang menjadi penerang dijalan. Motor kesayangan ayahku sudah lama tidak memancarkan cahaya untuk menerangi jalan saat berkendara pada malam hari. Yang aku tahu hanya arah kemana harus kutuju. Selain garis putih putus-putus tengah pembatas jalur, tidak ada yang jelas terlihat. Sesekali aku melewati jalan yang berlubang, dan yang lebih parahnya lagi ketika lubang itu terdapat air karena hujan disiang harinya. Keberuntungan satu-satunya ketika terdapat motor yang lewat, entah dari arah yang sama ataupun dari arah yang berbeda. Ketegangan tidak cukup disitu saja. Sepeda yang berjalan didepan tidak terlihat saat dari kejauhan. Setelah jarak kurang dari lima meter baru sepeda itu dapat terlihat. Aku harus cepat-cepat menghindar supaya tidak menabrak seseorang dengan sepedanya tersebut. Aku juga merasa kaget ketika tiba-tiba ada orang yang menyebrang tanpa membawa senter atau alat penerangan apapun. Sebenarnya dia tidak ada masalah kalaupun tidak membawa senter karena pasti dia dapat melihat jalan yang dilaluinya tanpa senter tapi senter yang dibawanya akan membantu seorang pengendara untuk mengetahui bahwa terdapat seseorang yang melintas karena mereka melihat cahaya yang dikeluarkan oleh senter itu. Waktu yang dibutuhkan saat berkendara pada malam hari lebih lama dibanding pada saat siang hari untuk sampai kerumah. Berkendara pada malam hari membuatku menurunkan kecepatan karena takut terjadi kecelakaan yang disebabkan lampu motor yang aku naiki mati. Ayah dan ibu tidak terlalu khawatir karena sebelumnya aku sudah memberi tahu pada mereka kalau aku akan pulang agak malam karena ada inagurasi. Seperti biasa ketika sampai dirumah, motor langsung aku masukkan dan mengucapkan salam.
“Assalamuaaikum” aku berjalan masuk kerumah
“Waalaikum salam” ayah dan ibu menjawab sambil menonton TV
“Aku pulang” aku lepas sepatu sebelum masuk keruang TV
“Langsung mandi terus istirahat” ibu bilang saat aku mencium tangannya
“Jangan lupa makan” Ayah bilang saat aku mencim tangannya
“Iya yah, bu. Adit mau kekamar dulu naruh tas” aku menggendong tas dibahu sebelah kanan setelah yang sebelah kiri aku lepas
Mandi dan makan malam sudah. Badanku capek mau langsung tidur aja.
-Didalam mimpi-
Hari ini hari kelulusanku, orang tua dari para murid diundang kesekolah untuk menghadiri wisuda sekaligus perpisahan. Tampak gagah para siswa dengan setelan kemeja putih dan dibalut dengan jas hitam ditambah dasi hitam sebagai pelengkap penampilan mereka. Para siswi terlihat begitu anggun memakai kebaya bermotif bunga ditambah jilbab selaras dengan kebaya mereka. Tidak lupa wajah dipoles make up supaya tampak cantik nan elegan. Keceriaan tampak pada siswa-siswi yang berhasil lulus berkat usahanya sendiri. Wajah pusing yang tampak selama 3 hari pada hari ujian nasional telah hilang entah kemana. Tawa mereka juga tampak lebih lepas dari biasanya.
Orang tua murid juga datang dengan penampilan terbaik mereka. Kebanggaan terhadap anaknya tampak jelas diwajah mereka. Bangga bahwa anak kecilnya sekarang sudah tumbuh dewasa, tumbuh sebagai anak yang bisa dibanggakan. Ayah dan Ibuku tampak lebih bangga dari yang lainnya karena sang anak tercinta berhasil menjadi lulusan terbaik dengan nilai tertinggi.
“Seorang anak yang berhasil mencapai nilai tertinggi adalah Aditya Setyawan. Dipersilahkan untuk Aditya Setyawan naik keatas panggung dan orang tua dari Aditya Setyawan ikut naik keatas pandung untuk menemani.” Pembawa acara memanggil namaku dan juga kedua orang tuaku.
“Ayo yah, bu. Kita naik keatas panggung” aku berdiri sambil mengajak orang tuaku untuk ikut naik keatas panggung
“Sana sama ibu aja, Ayah liat dari sini aja” ayah menolak untuk ikut keatas panggung
“ya udah kalo gitu sama ibu aja” ibuku berdiri dari tempat duduknya.
Aku seperti diseret keluar dari mimpiku sendiri. Aku serasa bangun dari tidur sebanyak dua kali sebelum akhirnya aku bangun sepenuhnya.
-Didunia nyata-
“hah..,” aku membuka mata kemudian duduk ditempat tidur. ‘wow.. ternyata ada yang ingin aku mendapat nilai tertinggi saat kelulusanku nanti. Kalau begitu aku harus serius belajar nih.., kayaknya sih itu harapan ibuku.’ Aku bicara dalam hati, aku mencari hp di laci. “jam 2, sholat tahajud dulu ah..” sambil melihat jam di hp. Aku pergi ke kamar mandi untuk mengambil wudhu, kemudian aku lanjutkan sholat tahajud. Aku berdo’a semoga seluruh keluargaku sehat, dan semoga aku tidak bermimpi buruk. Amin. Aku pergi ke tempat tidur untuk melanjutkan tidur. Do’a sebelum tidur selalu aku baca setiap malam sebelum tidur. Bismillahirrahmanirrahim. Bismika alloohumma ahya wabismika amuut.
-Didalam mimpi-
Berkat do’a kedua orang tuaku, aku sukses menjadi pengusaha yang sukses. Aku sudah punya rumah sendiri. Aku juga sudah membeli motor gede yang dari dulu aku inginkan. Tahun depan aku dan kedua orang tuaku akan berangkat ke tanah suci untuk menunaikan ibadah haji. Semoga niatan ibadahku bersama dengan kedua orang tuaku bisa lancar dan menjadi haji yang mabrur dan mabruroh. Usaha yang aku rintis setelah lulus kuliah kira-kira tiga tahun yang lalu. Sekarang sudah mempunyai karyawan sebanyak 50 orang. Dan berkat itulah aku bisa mengajak kedua orang tuaku pergi haji. Usahaku bergerak dibidang kompeksi. Sebuah pabrik tekstil yang dengan pakaian batiknya sudah merajai asia tenggara untuk pengeksporan pakaian batik.
-Didunia nyata-
Aku bagun dari tidur sudah tidak kaget seperti biasanya, sepertinya aku sudah terbiasa dengan ini semua. Aku terbangun karena mendengar suara adzan dari masjid yang tidak jauh dari rumahku. Aku bermimpi yang lain lagi setelah sholat tahajud, dan sepertinya itu harapan dari orang tuaku lagi. Aku bersyukur karena aku sudah dapat menemukan rumah dan kamarku dilevel 3. Besok malam aku harus bersiap untuk menghadapi mimpi level 4 yang tidak bisa ditaklukkan oleh ayahnya Satria. Semoga aku dapat melewati level 4 dan segera menuju kelevel berikutnya. Oh ya aku harus segera sholat subuh, kemudia siap-siap untuk berangkat sekolah.

Bersambung…

Komentar

Postingan Populer