Dream Story (Oleh : Khabibur Rohman)

Episode 4 – Mimpi yang ditakuti
          “Mimpi tujuh level maksutnya gimana ?”. Di Perjalanan pulang aku terus memikirkan ceritanya Satria sampai tidak melihat kalau dijalan ada lubang. Aku melewati lubang itu hingga hampir terjatuh. Setelah perjalanan kira-kira 15 menit aku sampai dirumah. Karena aku lelah aku menuju ke kamarku.
“Dit.., Adit.., cepat bangun. Kamu harus segera pergi kesekolah!!!”. “Hah..?!” aku terkejut mendengar ibuku berteriak membangunkanku. Aku bangun dua kali..?, ya.., aku bangun dua kali. Aku bangun dari mimpi dilevel 2 kemudian lanjut dilevel pertama. Yess.. aku berhasil menemukan rumahku dilevel 2 hanya dalam satu malam. Ngomong-ngomong benar juga yang dikatakan Satria kalau aku akan bermimpi tentang perbincanganku dengannya.  “Adit...!!, cepat bangun kamu harus berangkat kesekolah..!!” ibuku berteriak lagi. “Iya bu..!, ini Adit udah bangun..!” aku langsung mengambil perlengkapan mandi dan langsung pergi ke kamar mandi. Hahh.., segarnya mandi dipagi hari. Mandi jam 5 pagi emang sejuk banget dan katanya sih bagus buat kesehatan apalagi jam 2 pagi, tapi gimana rasanya ya ?, pasti dingin banget. Langsung pergi ke kamar buat pakai baju dan ceklist semua yang harus dibawa. Ok, semua siap. Tidak lupa sarapan, karena sarapan itu penting untuk menunjuang aktivitas selama seharian ini. semua udah siap, makan juga sudah. Saatnya berangkat untuk menjalani MOS terakhir. “Pak, bu. Adit pamit dulu” seperti biasa tidak lupa cium tangan kedua orang tua. Perjalanan ke Sekolah pagi ini tidak jauh beda dengan perjalanan ke Sekolah seperti hari-hari sebelumnya. Kesejukan suasana pagi belum tercampur dengan asap-asap kendaraan yang pekat milik orang-orang yang sedang berangkat kerja. Hanya sedikit perbedaan dari pagi sebelumnya karena sekarang aku bertemu dengan seorang teman yang satu ruang MOS denganku. Kami sedikit berbincang-bincang diperjalanan.
“Hei..!” aku menyapanya dengan suara agak keras karena suara angin yang ikut memenuhi telinga.
“Hei..!, kamu.., satu ruang denganku ya..!?”
“Iya... itu yang kamu bonceng satu SMA sama kita ?” aku bertanya tentang teman yang diboncengnya.
“Iya… dia diruang 3”
“Hai..!” temannya temanku menyapa.
“Ya udah aku duluan ya..!” aku pamitan karena harus segera berbelok ke gang rumah Satria.
Tidak jauh masuk ke gang aku sudah sampai di rumah Satria. “Hai, dit” Satria sudah menunggu didepan rumah dan menyapaku. “Kamu sudah dari tadi menungguku ?” aku menyambung pembicaraan dengan bertanya. “Tidak, aku baru keluar terus langsung duduk, langsung masukin aja motornya”. “Oke-oke”.
“Hei sat kamu tahu nggak, ternyata tebakanmu kemarin betul lho. Aku memimpikan perbincangan kita kemarin disini”
“Tuh kan bener, aku bilang apa. Kamu pasti bermimpi tentang pembicaraan kita kemarin” Satria menyombongkan tebakannya yang tepat.
“Dan kamu tahu nggak”
“nggak”
“ish.. jangan dipotong dulu. Tadi malem aku memimpikan perbincangan kita sampai aku pulang dan masuk kamar tidur. Jadi tadi malam aku sudah masuk ke level 3”
“wah selamat ya.., cepet banget cuma semalem. Kamu beruntung sekali” Satria memujiku
“iya dong” aku menyombongkan diri “kalau kamu gimana, udah naik kelevel 3 ?”
“ya udah dong”
“gimana tuh mimpinya ?”
“ah jangan ah.., malu aku” ihh.. jijik banget wajah malunya Satria
“ayo lah..”
“ya udah. Oke-oke. Jadi aku bermimpi waktu aku pulang nganterin cewek yang aku suka”
“Cie…, siapa tuh ceweknya ?. loh tapi kenapa kamu bisa sampai kelevel 3, bukannya kamu nganter dia kerumahnya. Atau mungkin..?, hayo.., kamu ajak kerumahmu ya.., dosa Sat inget”
“huss.. ngawur. Berfikir positiflah sedikit. Tidak lah, makanya dengerin dulu. Main potong-potong aja. Saking senengnya nganter dia pulang. Aku jadi inget terus sampai rumah. Jadi kebawa ngimpinya ya sampai aku sampai rumah. Kamu juga katanya ngimpi saat kita ngobrol kenapa bisa nemu rumah. Kan kita ngobrol didepan rumahku” Satria menjelaskan sekaligus membalasku karena sudah menuduhnya.
“Iya sama kayak kamu. Aku kepikiran sampai ke rumah kemarin. Oh ya gimana kelanjutannya kemarin ?. baru sampai level 3 kan ?” aku bertanya kelanjutan cerita Satria.
“Oh.., oke aku lanjutin ya. Jadi setelah kamu berhasil melewati level 3 kamu akan menuju kelevel 4. Jadi dilevel 4 ini kamu akan bermimpi tentang sesuatu yang tidak kamu sukai, sesuatu yang kamu benci, atau mungkin sesuatu yang kamu takuti. Contoh, kamu tidak suka sama seseorang yang deket sama cewek yang sedang kamu taksir. Berarti kamu akan berurusan dengan orang itu. Urusannya itu macam-macam bahkan mungkin sesuatu yang tidak kamu duga. Jika kamu takut sama hantu misalnya, ya kamu akan berurusan dengan hantu. Kasus yang biasa terjadi adalah teror dari hantu itu. Dilevel 4 adalah bagian tersulit dari level yang ada karena itu adalah sesuatu yang tidak kamu sukai. Sesuatu yang tidak kamu sukai pasti akan kamu hindari. Dan masalahnya adalah sesuatu yang kamu takuti itu menghalangi jalanmu untuk bisa sampai kerumahmu. Tapi jika kamu igin lanjut kelevel yang selanjutnya kamu harus berani melewati rintangan segala rintangan yang ada.” Satria melanjutkan ceritanya yang kemarin
“Ya, kalau gitu. Tidak usah lanjut kelevel selanjutnya aja”
“hush.., ngawur. Kalau kamu tidak melewati rintangan itu. Kamu bakal berada dilevel mimpi itu sampai kamu bisa melewatinya. Jika kamu tidak berhasil melewatinya setiap malam kamu akan bermimpi tentang hal itu. Kamu tidak akan bisa lari. Kamu harus melewatinya.”
“Ya udah oke. Aku paham. Lanjut kelevel yang berikutnya.”
“Hanya sampai disitu saja aku tahunya karena bapakku sendiri sampai sekarang belum bisa melewati level 4.”
“Oh ya, emang mimpinya apa ?” aku terkejut
“Bapak tidak mau cerita. Ketika aku tanya dia langsung mengalihkan pembicaraan atau pergi tanpa jawaban apapun.”
“Tapi kok kamu bisa tahu kalau ketika dilevel terakhir kita akan bisa mengendalikan mimpi kita sendiri”
“Kakekku dulu juga mengalami hal seperti itu. Tapi kata bapak, kakek tidak pernah mau cerita tentang isi dari mimpinya. Kakek hanya memberi tahu kalau kita bisa mengendalikan mimpi dilevel terakhir”
“Jadi ceritanya sampai disini nih.., aduh padahal aku masih penasaran sama semua isi dari tiap-tiap level yang ada”
Perbincanganku dengan Satria hanya sampai disitu. Kita langsung lanjut keruang masing-masing. MOS diSMA sangat menyenangkan tapi ikut MOS cukup satu kali aja, aku tidak mau ikut lagi. MOS masa SMA akhirnya selesai juga. Aku tidak sabar untuk memulai masa SMAku besok.

Bersambung…

Komentar

Postingan Populer